Liburan Asian Games                                                                                                                             
Aku terkejut ketika mendapat pemberitahuan bahwa SMP Labschool Jakarta akan diliburkan pada saat ajang olahraga Asian Games sedang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus sampai dengan 2 September 2018. Tak seperti teman-temanku yang langsung bereuforia, aku memikirkan seberapa banyak pelajaran yang aku akan tinggal, tambah juga karena aku termasuk pengurus OSIS, pasti akan banyak keluar kelas ketika sedang diajarkan suatu materi sehingga harus minta catatan tanpa mendapat penjelasan secara lisan.

Ketika mendapat surat resmi dari sekolah, ternyata kita belajar di rumah, bukan hanya sekedar libur. Belajar di rumah menggunakan situs Labschool, yakni E-Learning. Teknisnya yaitu guru mapel akan memberi tugas setiap hari pada jam mata pelajaran tertentu dan kita mengerjakannya pada jam tersebut. Jika telat mengumpulkan tugas, maka kita harus minta izin ke guru dulu agar bisa dapat nilai.

Selain tugas mapel, kita juga disuruh untuk membuat video tentang Asian Games secara berkelompok 4 orang. Otomatis, kita harus membeli tiket pertandingannya. Kelompokku terdiri dari anak 8B, kelasku, yaitu Aqila, Kania dan Dea. Kita rencana ingin nonton atletik hari Minggu, 26 Agustus 2018, tetapi Dea tidak bisa ikut karena ada urusan lain yang dia harus hadiri. Akhirnya, kita hanya memesan 3 tiket dan aku menugaskan Dea untuk membuat percakapan untuk videonya.

Sebelum hari Minggu datang, aku ingin mengetahui situasi di ajang Asian Games ini. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menyaksikan pertandingan fencing bersama tanteku di Gedung JCC (Jakarta Convention Centre) yang terletak dekat GBK pada hari Jum’at, 24 Agustus 2018. Kita berangkat menuju kawasan Gelora Bung Karno dengan mobil. Tidak masalah kalau ada ganjil-genap karena mobil tanteku genap, tetapi masalahnya mobil tidak boleh masuk ke Kawasan tersebut. Kita parkir di Mall FX Sudirman dan menaiki bus khusus Asian Games untuk di-drop di gate tertentu. Kita dianjurkan untuk turun di Gate 9. Ketika turun, kita bingung arahnya kemana karena seingat aku, JCC ada di Gate 1 dan memang benar. Kita bertanya kepada satpam dan panitia sekitar dan akhirnya, kita jalan sampai ke Gate 1. Walaupun ada bus dalam kawasan, kita tidak menaikinya karena bisnya tidak melewati jalan yang kita lewati. Sangat unprofesional. Untung sampai di JCC.



Istilah fencing mungkin tidak dikenal oleh beberapa orang karena memang olahraga yang tidak terlalu populer. Meskipun begitu, aku mengaguminya karena mencakup gerak-gerik yang gesit, kepekaan yang tinggi dan tindakan yang cepat. Fencing atau anggar sendiri adalah sebuah seni bela diri dengan senjata yang menjadi cabang olahraga yang menggunakan senjata pedang. Pada pertandingan ini, atlet anggar yang disebut fencer harus sangat peka terhadap rangsangnya. Mereka harus mengetahui taktik musuhnya untuk menyerang dan memakai masker atau pelindung muka, jaket dan sarung tangan untuk melindungi tubuhnya. Jika pedang musuh mengenai jaketmu, maka musuh akan mendapatkan poin, jadi hati-hati. Anggar merupakan olahraga yang amat unik untuk dipelajari.

Saat masuk ke dalam arena, aku merinding entah kenapa. Pertama-tama, MC memperkenalkan atlet dan pelatihnya. Kali ini, Hongkong melawan Jepang. Pada awalnya, Hong Kong memimpin dengan poin 12 – 5. Tapi, Jepang melakukan comeback dengan 11 poin yang dilakukan oleh Matsuyama . Akhirnya, Hongkong tetap menang dengan nilai 25-23. Situasi di dalam arena sangat ramai dan pertarungannya sangat sengit. Suporter menyambut kuat pemain andalannya sehingga ketika tim mereka kalah, mereka marah-marah sendiri.

Pada hari Minggu tanggal 26 Agustus 2018, aku dan teman-teman berkunjung ke stadion Gelora Bung Karno (GBK) untuk melihat pertandingan athletik. Situasi di GBK sangat ramai. Banyak sekali supporter yang bersemangat datang untuk mendukung para atlit Indonesia. Stadion GBK terlihat bersih dan rapi. Para penonton tidak boleh membawa makanan dari luar. Cuacanya cerah tapi suhunya sangat panas, ucap seorang bule asal Jerman. Kebetulan, kita berpapasan dengan Fatih, Fadli, Rafly dan Irsyad, teman sekelas kita, ketika sedang nonton.

Pertandingan diawali dengan pertandingan lompat tinggi oleh atlit Indonesia yang bernama Fauma Defril Jumra. Lompat tinggi adalah salah satu cabang dari athletik yang menguji keterampilan melompat dengan melewati tiang mistar. Di babak pertama Fauma berhasil melewati tiang mistar. Setelah tiangnya ditinggikan di babak selanjutnya, Fauma masih berhasil. Setelah ditinggikan untuk yang ketiga kalinya, Fauma gagal melewati tiang mistarnya.

Lalu pertandingan kedua yang kami saksikan  adalah, pertandingan 400 m Hurdle putri. Hurdle adalah lari halang rintangan, bagian dari cabang olah raga lari seperti lari gawang. Pada pertandingan ini, tidak diikuti atlit Indonesia. Mungkin atlit Indonesia belum ada yang mencapai hingga babak final. Pemenang pada pertandingan ini, adalah atlit dari Bahrain yang bernama Salwa Naser.

Meskipun cuaca sangat panas, hiruk pikuk penonton di stadion terasa sangat ramai, tepuk tangan dan teriakan tidak henti-hentinya untuk mendukung para atlit andalan mereka masing-masing. Tentunya sebagian besar dari mereka adalah pendukung Indonesia.

Karena tingkat kepuasannya belum terpenuhi, aku ingin melihat satu pertandingan lagi, yaitu diving bersama orangtuaku. Pasti kalian yang membaca sudah tahu diving itu apa, jadi aku tak perlu menjelaskannya lagi. Kita menyaksikan pertandingan ini di Jakarta Aquatic Stadium. Atlet Indonesia berpartisipasi di bidang ini, tetapi mendapat nilai yang tidak memuaskan dan tidak menjadi juara. Tidak apa-apa, yang penting dia berusaha. Diving dinilai dari segi keterampilannya, teknik melompat, teknik mendarat, cara melakukan gerakan yang ditentukan dan seberapa banyak air yang timbul. 

Setelah banyak berjalan kaki, akhirnya aku masuk sekolah juga pada tanggal 3 September, hari Senin dan bisa bertemu dengan teman-temanku tercinta. Ew.

Komentar

Postingan Populer